Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 Desember 2013

CERITA PELAUT

SUARA HATI


Hari yang paling menyesakkan adalah hari dimana seorang pelaut harus bersiap2 untuk berangkat ke tempat pekerjaannya. Si pelaut menyadari bahwa waktu nya kali ini akan memakan waktu 6 hingga 8 bulan berpisah dari orang2 yang disayangi. Meskipun berat, dengan harapan besar si pelaut memantapkan hati dan niat untuk berangkat menuju ke bandar udara dengan diantar seluruh keluarga. Kali ini barang bawaan nya tidak sepenuh keberangkatan tahun lalu. Dikarenakan sebagian simpanan selama bekerja di lautan 6 bulan yang lalu tidak mencukupi untuk membawa bekal barang2 yang dibutuhkan sehari2 diatas kapal.
Liburan ini si pelaut seperti pelaut yang lainnya harus memperbarui catatan medisnya yang harus diperbarui setiap 2 tahun sekali. belum termasuk dia harus mengajukan beberapa dokumen yang diperlukan seperti visa untuk memasuki negera yang dituju, dan beberapa dokumen kepelautan, serikat pelaut dan lain2, yang setiap urusan itu mengharuskan pelaut untuk merogoh kantongnya lebih dalam.
Yang membuat pelaut terpukul adalah adanya beberapa pihak yang sepertinya sengaja mengharuskan pelaut dan pelaut2 lainnya untuk mengeluarkan biaya  dengan jumlah yang lumayan ( ditambah/dimanipulasi ) besar bagi pelaut yang tidak mendapat gaji sepeserpun selama liburan mereka. ditambah ada pelaut yang diharuskan untuk mempersiapkan tiket perjalanan mereka sendiri menuju ketempat mereka harus bergabung dengan kapal yang jadwalkan. Biaya yang pelaut keluarkan tersebut cukup membuat si pelaut  ( juga mungkin pelaut2 lainnya ) bisa menimbulkan pertengkaran dalam rumah tangga nya. Jarak pekerjaan itu sendiri sudah menjadi salah satu penyebab utamanya.
Selama menjalankan tugas diseberang lautan sana penghasilan yang didapat sipelaut di kirim untuk mendukung pendidikan anak2, kebutuhan keluarga, membantu kerabat atau orangtua yang notabene dapat mendukung pendapatan negeri tercinta ini.
Hidup saat ini dirasakan sipelaut dan juga ( barangkali ) pelaut2 lain rasakan adalah bagaikan menggali lobang dan tutup lobang. Rencana pelaut yang pada awalnya akan menghabiskan waktu beberapa tahun saja, menjadi belasan tahun bekerja ditengah laut. penghasilan yang didapat tidak kunjung mecukupi dan menutupi kebutuhan keluarga. sepertinya lobang yang digali masih belum sempurna tertutupi akankah lobang baru digali lagi? adakah jalan keluar bagi seorang pelaut? adakah tempat dimana sipelaut dapat menyalurkan suara hatinya?
Cerita seorang pelaut ini dibuat berdasarkan murni suara hati seorang pelut, dengan tidak bertujuan untuk mengangkat isu tertentu, dan semoga ini dapat dijadikan bahan renungan, dan akan diperbarui dengan cerita2 yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar